Z u h d i ~ f a m i l y
|
|
|
August 23, 2004
fille ou garcon ?
Beberapa kali ada orang yang nanya ke kita, fille ou garcon ?, yang dimaksud mereka itu adalah, Izza itu perempuan or laki-laki .. Ya ampuuun, apa iya Izza kayak cowok, sehingga masih dipertanyakan? Walopun itu juga masih mending masih nanya, banyak yang langsung men-judge kalo Izza itu boy.
Setelah diperhatiin, ya kadang Izza keliatan kayak cowo, apalagi kalo rambutnya pas lagi cepak. Memang anak-anak kecil disini kayaknya agak susah membedakannya, kecuali kalo pake atribut khusus yang khas, seperti pake rok en pita. Izza juga memang sering berpakaian ala cowok, pake kaus dan celana panjang, (kadang-kadang pake jaket) dan bersepatu kets. Warna baju yang dia punya juga cenderung netral, biru tua, blue jeans, ato coklat yang cenderung netral. Supaya gak cepet keliatan kotor juga maksudnya.
Pake rok juga baru-baru ini aja, dan ternyata malah cukup merepotkan, apalagi kalo mau main perosotan, ribet. Belum lagi kalo lompat-lompat, manjat-manjat terus jatuh, jadi gampang luka ato baret en lecet (yah namanya juga anak-anak). Belum lagi kalo roknya pake acara diangkat tingi-tingi dan dibuat kipas ... adem... dan keliatan ... awww .. malu ah Za...
daddy's little girl ..or boy ..?
Selain itu, Izza juga gak pake anting-anting. Dulu sih waktu masih beibih dia pake. Tapi menjelang kepindahannya ke Montreal (sekitar umur 7 bulan), anting-anting itu diganti dengan yang sedikit lebih besar, karena yang lama sudah kekecilan sekali untuk ukuran telinga izza pada saat itu.
Tapi rupanya dia merasa risih dengan anting-anting yang baru, jadi dia sering tarik-tarik. Salah satu anting bahkan lepas, jadi kami memutuskan untuk melepas yang lainnya supaya dia tidak terluka. Yah, hilang deh salah satu cara identitas ceweknya (maklum.., belum pernah ketemu tuh ada anak cowok seusia Izza pake anting-anting). Sekarang ini, lubang anting-antingnya sudah mengecil, untuk membuat yang baru, kita nggak tega membayangkan penderitaan dia menangis pas dicoblos. Kita pikir, mending terserah Izza aja mo pake apa enggak nantinya kalo dia udah teenager.
Nah, salah satu upaya untuk membuat dia keliatan agak cewe (padahal asli cewek lho..) kan dipakein pernak pernik dikepala. Tapi ya itu, sampai saat ini, dia masih 'musuhan' banget sama jepit rambut, pita , apalagi bando. Padahal aku udah gemes banget pengen ngeliat dia dikuncir pakai jepit warna warni ato pake pita yang lucu-lucu.
Yah namanya juga punya anak perempuan, pengennya kan didandanin kayak boneka he..he.. (ketauan maksudnya nih, makanya Izza nggak mau). Aduh kapan ya Izza mau .. iri banget kalo liat ada anak cewe seusia izza manut aja kalo didandanin sama mommy-nya. Kadang-kadang aja aku berhasil nguncir dia, tapi paling hanya bisa bertahan beberapa menit aja.. karena kalo ketauan, langsung ditarik.
Begitu pula kalo dia mau ikutan sholat. Dia lebih sering ingin pakai peci (Izza mo pake hat kayak daddy). Sementara kalo pake mukena hanya bisa bertahan beberapa menit, jadi ya .. harus cepet-cepet dipotret untuk bukti ...
Kadang pake peci, kadang pake mukena
Tapi kalo tingkah laku, dia cewe banget kok. Apalagi kalo membandingkan cara Izza dengan cara Danial ngambil bola, akan keliatan banget bedanya. Danial akan mengambil bola dengan gerakan cepat dengan seluruh tangannya, sementara Izza mengambil bola dengan perlahan seolah hanya memberikan kesempatan pada sedikit tangannya yang boleh tersentuh bola. Juga kalo lari, keliatan dia terlihat agak megal megol ke kiri en ke kanan, (kata tante Wiwik kayak Dora di film kartun .. he..he..).
Eh mirip juga ya Dora sama Izza, maksa gak sih ..
Dia juga bersih banget, kalo tangannya kotor langsung minta cuci tangan ato minta tissue, kalo bajunya kotor atau basah sedikit, langsung minta ganti baju,.. cuciannya jadi segunung tuh Za...
Ada satu kejadian lumayan lucu, aku dan Izza sedang duduk di dalam Metro (subway), sementara Emzet berdiri. Di depan kita duduk seorang ibu dengan 3 orang putri remajanya sedang berdiri. Aku perhatikan mereka sedang membicarakan Izza dalam bahasa Perancis (semoga gak ge er ya). Terus... pas mereka mau turun si Ibu mengaduk-aduk tasnya, lalu ngasih sesuatu ke Izza. Izza sih terima aja, krn orangnya kelihatan ramah. Ternyata yang diterima Izza itu uang $1.
Tentu saja kami heran, dan pada awalnya mau protes. Tapi dipikir-pikir, mungkin maksud mereka baik, ingin memberi permen, tapi tidak punya, jadi diberi uang saja, toh nanti bisa untuk beli permen. Kemudian salah satu anak perempuan menyampaikan pesan dari ibunya kepada kita, "he will become a good boy," sembari keluar dari metro, meninggalkan keheranan pada kami, what ?? a boy ???? .. hemm tapi sedolarannya lumayan juga buat laundry, apalagi kalo $5 ..huss...
Tapi kalo liat foto ini, semoga nggak ada yang ragu kalo Izza bisa modis .he..he.. [photo : mama, cutie pinkie dress dari tante Ratna, pengarah gaya : papa, model : izza]. Rupanya besar sekali ya pengaruh warna .. pake pink, langsung berubah jadi cewe banget.
Notes :
'Met jalan untuk Tante Dori en Om Rison yang akan meninggalkan Montreal menuju Indonesia, dan segera bersiap-siap menuju negara yang lain lagi, betul kan? .. (amiiin). Keep in touch ya .. We'll miss u!
|
August 20, 2004
La Fete des Enfants
Week-end minggu lalu, udara di Montreal kembali cerah layaknya summer yang normal, setelah beberapa hari hujan deras dan suhu berkisar di bawah 20 derajat. Pas banget ... selama dua hari itu (Sabtu & Minggu), City of Montreal menyelenggarakan La Fete des Enfant (Festival anak-anak). Festival ini dipusatkan di Maisonneuve Park yang lokasinya berdampingan dengan Olympic stadium, Biodome dan Botanical Garden.
Sekitar jam 12 siang kami sekeluarga berangkat ke Maisonneuve Park dengan menggunakan Metro (semacam subway/kereta bawah tanah). Kebetulan teman-teman Izza yang lain: Fariz dan Angga (dengan Om Agus dan Tante Ani) serta Fikri (sama Om Latif dan Tante Nunung) juga berangkat bareng dari stasiun metro yang sama (Guy-Concordia). Sampai di stasiun tujuan (Viau), kami langsung mencari jalan ke arah Maisonneuve Park, yang menurut peta harus berjalan kaki sekitar 700 m. Alhamdulillah ... ternyata, oleh penyelenggara disediakan bus antar jemput gratis dari stasion metro untuk sampai di lokasi. TOP banget nih panitianya.
Sampai di Maisonneuve Park, kami langsung dibagikan brosur acara dan denah lokasi yang lumayan luas. Pertama2 tentu saja kami mencari lokasi terdekat yang enjoyable sambil melihat-lihat jadwal acara yang semuanya tertulis dalam bahasa Perancis. Waah ... ternyata hampir semua tempat bermain harus melalui antrian yang lumayan panjang. Begitu juga stand-stand ice-cream, buah-buahan dan yogurt. Terus gimana doong? Setelah keliling sejenak, akhirnya kami ketemu juga dengan arena bermain yang cukup menarik buat Izza dan Fariz, dan yang penting .. antriannya ngga terlalu panjang. Di situ, Fariz dan Izza bisa main bola sambil lompat2 di atas kanvas.
Setelah puas bermain di situ, Izza antri untuk masuk ke dalam ambulans. Ini ambulans beneran yang sengaja disediain buat dikenal oleh anak-anak, lengkap dengan petugas paramedis, sampel peralatan emergency, sampai boneka pasien. Sementara Fariz memilih antri utk menunggangi sepeda motor polisi (motor polisi yang gede itu lho..). Selain itu, Izza dan Fariz juga ngelihat fire engine (mobil pemadam kebakaran) yang tangganya menjulur ke langit, plus dibagikan miniatur mobil polisi dr karton yg harus dirakit sendiri sama buku latihan tentang kepolisian.
Overall acara ini oke banget, stand-nya banyak dan bervariasi, apalagi tres important, c'est gratuit, sayangnya pengunjungnya juga membludak, sehingga banyak stand menarik namun tidak dapat kami nikmati karena nggak tahan ngantrinya. Apa boleh buat, setelah istirahat sejenak dan keliling ke beberapa arena, kami memutuskan untuk pulang, apalagi kelihatan Izza dan Fariz juga sudah terkantuk-kantuk zzzz...
Notes :
Selamat datang di Montreal untuk keluarga Om Agus : Mbak Ani, Mas Fariz dan si-smiley baby dik Angga.
|
August 16, 2004
Beberapa minggu lalu kami sekeluarga bersama keluarga beranda dan keluarga Om Latif mengunjungi Angrignon Farm. Angrignon Farm adalah sebuah miniatur peternakan yang dibuat oleh pemerintah kota montreal untuk mengenalkan warga kota, khususnya anak-anak, dengan berbagai hewan yang biasa ada di sebuah farm.
Meskipun tidak berada di downtown, lokasi angrignon farm ini sangat mudah dicapai dengan kendaraan umum, karena berdekatan dengan stasiun metro (subway) Angrignon, yaitu stasiun metro yang berada di ujung sebelah selatan.
Bienvenue A La Ferme Angrignon
Angrignon farm ini, meski tidak begitu luas dan koleksinya tidak begitu banyak, tapi sebagai sebuah mini farm, yang hanya ada selama musim summer, koleksi hewannya cukup beragam. Hewan-hewan ternak yang bisa dijumpai di Angrignon Farm adalah: beragam jenis unggas, kambing, domba, lama, babi, sapi, kelinci, lama, kuda poni dan keledai. Tambahan lagi, pengelolanya cukup menyediakan information center di pintu masuk dan mengadakan beberapa aktivitas yang melibatkan pengunjung, seperti guided tour dan animal feeding.
Namun demikian, informasi yang tersedia kurang disajikan secara kasat mata. Guided tour misalnya, meski dijelaskan ada guided tour, tapi tidak ada informasi jam berapa dan di mana tour itu dimulai. Beruntungnya sebelum berangkat kami sudah punya jadwal dari website-nya. Sehingga begitu sampai di info center kami langsung nanya tempat guided tour itu dimulai. Karena kurang jelasnya informasi tentang guided tour ini, maka sampai tour itu berlangsung hanya kami sekeluarga yang ikut dengan sang guide, padahal kelihatannya banyak juga keluarga lain yang berminat, tapi mereka kurang well-informed. Ngga lama setelah tour dimulai, keluarga beranda yang baru datang pun ikut bergabung.
Sebenarnya tanpa guide pun kita bisa aja keliling farm dan membaca beragam informasi yang tertulis. Tapi dengan guided tour kita bisa memperoleh informasi tambahan, plus masuk ke kandang-kandang hewan tertentu yang hanya boleh dimasuki dengan didampingi guide. Plus, ada beberapa hewan, seperti poni dan keledai, yang hanya bisa mendekat ketika dipanggil oleh sang guide. Walhasil, karena hanya kami yang resmi sebagai peserta tour, kami jadi seperti keluarga VIP yang dibolehkan masuk ke beberapa tempat dan memperoleh penjelasan khusus, sementara pengunjung lain hanya bisa melihat.
Bagaimanapun bagi anak-anak, terutama Izza dan Danial, bukan acara tour dan feeding animal-nya yang ditunggu-tunggu, melainkan main di taman, dengan perosotan, ayunan dan pasir. Bagi mereka, park-is park; playing in park means playing with swing, sliding and sand.
|
August 15, 2004
Bermain di playground
Izza and tracktor
|
Ini yang namanya lama (yg dibelakang lho...)
Di dalam kandang akmbing dengan mbak yasa
|
Rawa mini dengan itik dan angsa
Di dalam kandang ayam bersama tour guide
|
August 06, 2004
When Izza doesn't want to say sorry
Hari ini aku 'berantem' sama Izza. Awalnya dia menjatuhkan botol susunya ke kakiku. Yah nggak sakit-sakit amat sih, tapi waktu aku tagih kata 'sorry'-nya dia bilang, 'No'. Padahal kami sudah sering ngajarin dia untuk say 'sorry' dan sometimes it worked. Bahkan sering ditambahin 'I didn't mean it' or 'are you okay..?' something like that-lah untuk nunjukin dia merasa bersalah dan atensi terhadap si korban. Tapi kali ini dia keras banget.
Tanda-tanda dia agak pelit ngomong 'sorry' itu sering terjadi. Sering kalau lagi main sama papanya, dan tau-tau dia memukul pipi papanya (dia nggak sengaja) trus ditagih kata 'sorry', dia malah nangis.
Kalau diperhatikan, justru pada saat dia mau ber-say 'sorry' dan tambahannya itu, disaat dia in control atas perbuatannya. Artinya, dia menyadari hal itu akan terjadi dan dia yang melakukannya. Tapi kalo tiba-tiba dia memukul atau seperti kejadian menjatuhkan botol yang terjadi barusan, dia-pun sebenarnya juga kaget, kenapa hal itu bisa terjadi, dan merasa.. bukan dia yang melakukannya. Makanya dia nggak mau untuk minta maaf. Mungkin lho, ini analisaku.
Yah sudah.., setelah itu aku berlagak ngambek dan bilang 'I don't want to play with you anymore, if you don't want to say sorry'. Dia nggak bergeming. Semuanya diam. Tapi kemudian dia mulai ngajak aku ngomong, yang aku rasakan seperti mengalihkan perhatian.. Misalnya, 'Mama, Izza mau sandal yang pink', atau 'Mama, Izza mau jemput Papa'.
Belum lama berselang setelah bottle accident, another accident happen. Kali ini dia menginjak-injak buku-ku eh sampe robek pula. Kali ini aku tau dia sengaja cari perhatian, tapi keterusan robek. Mungkin dia bosan karena sudah 4 hari di rumah, nggak kemana-mana, karena sejak minggu malam sakit. Kali ini aku berbicara dengan suara agak tinggi dan memasang muka serius. Aku bilang, 'Izza, listen! It's not good. Mommy is upset, because you broke my book!'. Aku harus melakukan hal ini supaya dia tau aku serius, dan nggak lupa mengatakan alasan kenapa aku marah dengan jelas, supaya dia tau, aku nggak marah sama dia, tapi marah pada salah satu perbuatan dia, biar dia tau, bahwa bagaimanapun perbuatan dia, aku tetap sayang sama dia.
Eh, lha kok dianya malah nangis! Waduh ... dan bukan cuman itu, nggak lama.. sambil nangis dia juga pipis di lantai. Rupanya marah ku kali ini harus ditunda, masak ya aku biarin dia lama-lama dengan celana basah. Kalo sudah begini, ibu-ibu mana yang berkutik. Aku angkut dia ke kamar mandi, menyebokinya dan mengganti celdam-nya.
Tapi demi kebaikannya, aku lanjutkan lagi marahnya, part two nih ceritanya. 'Izza once, again, I don't like what you did to my book'. Aku diam, tangan kulipat, begitu juga mukaku (ihh ... gimana coba tuh bentuknya). Aku pikir dia akan nangis lagi.
Eh salah, kali ini tidak, dia membawa timbits (semacam kue bulet-bulet seperti donat, kesukaan Izza) yang sudah tinggal separuh. 'Mama mau?', oh rupanya dia mau merayu dengan timbits. Dalam hati aku sebetulnya sudah tertawa dengan caranya merayu dan juga raut mukanya. Terbayang dibenak Izza, timbits yang sudah separuh gigitan itu pasti sangat berharga, sehingga mamanya pasti takluk. Aku tetap mencureng.'No, thanks. For you, Izza'. Tapi dia tidak memakannya. Rupanya dia mencari jurus lain untuk merayu. Dia menari-nari di depanku dan pasang 'funny faces' aneka rupa. Biasanya aku memang tertawa, begitu juga inginn saat itu. Tapi aku kan harus jaga wibawa, dan berusaha sekuat tenaga bertahan .. aduuuuh susah banget sih 'musuhan' sama makhluk selucu ini. Kepalanya mulai di-'oser-oser'-kan dipangkuanku. Bahkan akhirnya dia duduk dipangkuanku. Tentu saja aku mendekapnya, kalau tidakkan dia bisa jatuh.
Yah, gagal deh sandiwara marahku hari untuk membuat Izza say 'sorry', karena dia sudah mengalihkan perhatianku untuk bermain. Aku sih masih ingat, tapi apa ya aku akan terus mengungkit-ungkit kesalahnnya, kan rasanya nggak bagus juga ya. Masak jadi mommy pendendam banget sih. Mungkin nanti aku akan bahas kalau pas mendongeng sebelum tidur. Wish me luck!
Sebetulnya, Izza sudah pernah kena batunya gara-gara nggak mau say 'sorry'. Hal itu terjadi waktu temannya, Abang dan Chika main ke rumah. Waktu itu Abang dan Izza nggak sengaja 'bersekongkol' mendorong Chika sampai jatuh (buset deh, sadis banget ya). Awalnya Chika menangis dan mengadu kepada kami yang lebih besar. Tapi karena tenaganya lebih kuat, dia kemudian melakukan tindakan pembalasan dengan mendorong Abang, hingga Abang terjengkang. Gimana Abang nggak kalah, karena walaupun cewek dan umurnya lebih muda setahun dari Abang, tapi badannya Chika kan lebih gede..
Melihat hal tersebut terjadi didepan matanya, Izza langsung panik dan langsung saja dia bilang ke Chika,.. "Chika, I'm sorry". Rupanya dia khawatir juga kalau pembalasan dari Chika yang lebih kejam pada Abang akan menimpa dirinya juga. Hua..ha..ha.. aku dan Mbak Ratna tertawa melihat kejadian itu. Hem, tapi aku kan harus pintar-pintar memilih cara mengajarkan sesuatu kepada Izza, bukan dengan hukum rimba seperti itu ya, iya lah .. serem banget kalo semua ortu ngajarin kayak gitu ..
|
August 02, 2004
Bilingual
Tentu kita tahu bahwa bilingual berarti dua bahasa. Bilingual bukan semata-mata berarti kemampuan sesorang untuk berbicara dalam dua bahasa yang berbeda, tapi penggunaan dua bahasa tersebut yang sama-sama sebagai first language (bahasa Indonesianya: Bahasa ibu), tanpa yang satu lebih dominan dari yang lain.
Sebenarnya fenomena bilingual bukan pula hal yang aneh bagi kebanyakan orang Indonesia, karena sebagian orang Indonesia ada yang tumbuh dengan bahasa daerah dan bahasa Indonesia pada saat yang bersamaan. Namun karena kebanyakan bahasa daerah hanya memiliki tradisi oral, dan keberadaannya bukan dianggap sebagai bahasa formal, maka orang Indonesia selalu menyebut first languagenya Indonesia. Mungkin akan dianggap aneh kalo ada orang Indonesia mengaku first language-nya bahasa Sunda, Jawa, atau Bugis, misalnya. Padahal, ketika sekolah menengah dulu, ada temanku yang ngga bisa ngomong bahasa Indonesia, hanya bisa ngomong bahasa sunda.
Di Montreal, fenomena bilingual ini sangat nampak. Karena, sebagai bagian dari provinsi Quebec yang bahasa resminya adalah Perancis, warga Montreal (terutama kaum imigran dan keturunan Inggris) juga sangat berkepentingan dengan bahasa Inggris. Walhasil, kebanyakan orang-orang sini mampu berbicara bahasa Perancis sama fasihnya dengan bahasa Inggris. Karena itu pula aku ngga begitu tertantang untuk belajar bahasa Perancis (ngeles nih ye...: padahal emang males aja).
Yang saat ini menarik perhatian kami adalah kemampuan bicara Izza, yang mulai mengarah bilingual. Pada masa-masa awal di daycare, kami lebih banyak mengajak dia ngomong bahasa Inggris di rumah, supaya dia ngga kebingungan dengan perbedaan bahasa di rumah dan di daycare. Tapi, belakangan ini kami mulai mengajak dia untuk mengenal bahasa Indonesia. Hasilnya bagi kami cukup amazing. Dia bisa membedakan saat berbicara dengan bahasa inggris ataupun Indonesia dengan orang yang sama, dan dia dengan mudah switch dari bahasa Indonesia ke Inggris atau sebaliknya, meskipun vocab-nya dia masih lebih banyak bahasa Inggris. Contoh kecil, kalo aku memanggil dia dengan: "Izza, ke sini dong...", dia akan bilang: "Iya, papa..." atau "ngga mau..". Tapi, kalo aku memanggilnya dengan: "Izza, come here, please..." dia akan jawab: "yes, daddy..." or just "no!". Atau, kalo dia ditanya: "Izza makan apa?" dia akan jawab: "Izza makan nasi sama abon" Sementara kalo ditanya: "what do you eat for lunch?" dia akan bilang: "I eat rice with chicken"
Seringkali dia bahkan mengoreksi kita kalo dia bicara English tapi kita jawabnya Indo atau sebaliknya. Misalnya, dia memanggil: "daddy... daddy... look!" lalu aku jawab: "iya Izza, ada apa?" dia akan protes: "yes honey" (maksudnya, agar aku menjawabnya dengan bilang: yes honey).
Tapi karena kosa kata bahasa Indonesianya masih terbatas, maka terkadang dia agak mikir kalo ngomong bahasa indo, plus dia sering nambahin "nya" diakhir kata. Seperti, "mama Izza-nya mau kemana?." Di samping itu, sering juga ketika dia kesulitan atau belum tahu kata-kata tertentu dalam bahasa Indonesia, padahal kita lagi ngomong bahasa Indonesia, maka dengan mudah dia mix dengan vocab English yang dia tahu. Misalnya: "mama... water-nya tumpah." Atau, "mama lagi di kitchen."
Isn't that amazing? Well, at least for us...
*****
Notes:
Hari ini Izza ngga ke day care, karena tadi malam agak demam. Mungkin kemarin kecapean bermain sampe ngga bisa tidur siang. Tambahan cuacanya berubah agak cukup ekstrim, Sabtu hujan seharian, pas minggunya panas terik. sementara dua hari itu kami keluar rumah terus. Tapi, siang ini dia udah semangat lagi duduk di atas tricycle-nya... dan udah mulai nyanyi-nyanyi. Mudah2an besok bisa sekolah lagi.
|
Nadia, Izza dan Chika: Summer emang panas di sini. Jadi Izza maunya hanya pake singlet.
|
About Us
We are Zuhdi-Nining family:
Papa Zuhdi, Mama Nining, Kakak Izza and Kakak Raisa.
We live in Pamulang
| | |