Zuhdi ke Papua
Setelah lama tertunda, akhirnya kesampaian juga saya jalan-jalan ke Papua. Well, sebenarnya sih ini bukan cuman jalan-jalan, tapi menjalankan tugas kantor. Meski begitu, yang namanya ke daerah baru yang jarang dijadiin target kunjungan tentu ada excitementnya juga berangkat ke sana.
Singkat cerita, tgl 2 Maret jam 7 pagi saya mendarat di Bandara Sentani. Padahal berangkat dari Jakarta jam 10 malam tgl 1. So, itung-itung perjalanannya makan waktu sekitar 7 jam. Benar lho 7 jam, soalnya kan Jakarta - Jayapura beda 2 jam waktunya. Yang rada nyebelin sih kalo perjalanan tengah malam gitu, pake harus transit segala, dan harus turun pula, dua kali lagi. Tapi yaah maklum lah, namanya juga naik pesawat komersil, mau ngga mau harus ikut aturan.
Sebelum landing, karena cuaca lagi bagus, saya sempat menikmati keindahan alam Papua dari udara. Wooww... kereen, semua serba hijau dan berbukit-bukit. Apalagi semakin mendekat bandara melihat danau Sentani dikelilingi bukit dan hutan. Luaar biasa indahnya.
Sampe di Jayapura, langsung disambut sama Ihsan, stafnya Pak Ronny di BPPNFI regional 8 Jayapura. Dari Bandara saya langsung diantar ke hotel Swiss-bel. Katanya sih ini hotel terbaik di Jayapura untuk saat ini. Ternyata, dari Bandara ke jayapura cukup jauh, butuh waktu sekitar 1 jam. Makanya Ihsan saranin kalo lain kali kegiatannya ngga jauh dari bandara mungkin bisa nginapnya di Sentani Indah biar gak terlalu jauh. Di sepanjang perjalanan, saya sangat menikmati pemandangan yang indah, mobil menyusuri danau Sentani yang dikelilingi oleh pulau-pulau yang berbukit-bukit.
Setelah istirahat sebentar, saya langsung diajak ke kantornya Pak Ronny di Waena, antara Abepura dan Sentani. Setelah diskusi cukup lama di Kantor Pak Ronny, kami diajak makan di sebuah restoran di dekat Taman Makam Pahlawan. Restonya sederhana, dan menu utamanya adalah seafood. Rupanya pemiliknya adalah orang Sulawesi. Menunya juga kelihatan menu khas Sulawesi: Ikan bakar, ikan rica-rica dan tumis kangkung.
Hari kedua, dengan diantar oleh AA Ihsan dan Pak Burhan, saya ke Danau Sentani. Luarrr biasa, danau ini indah tak tergambarkan dengan kata-kata. Airnya bersih, dikelilingi pulau-pulau kecil yang cantik. Lingkungannya asri dan pemandangannya menakjubkan. Dari tengah danau, kita bisa melihat pesawat take off dan landing di Bandara Sentani, dengan latar belakang bukit.
Selesai berkunjung ke danau Sentani sekitar jam 12 siang, perut dah mulai terasa keroncongan. Sepanjang jalan dari Dermaga ngga ada rumah makan. Lalu Pak Burhan punya ide brilian.
"Mau coba Papeda ngga?" katanya.
"Papeda, apa tuh pak?"
"Itu makanan khasnya orang sini. nanti saya tunjukkan"
Lantas di perjalanan pulang kami singgah di sebuah rumah makan di pinggir danau sentani, namanya KLIMBAY Cafe. Di sinilah saya diperkenalkan dengan makanan yang bernama Papeda itu. Bentuknya kaya gini
Ia adalah sagu yang dimasak, dan didampingi oleh sayur ikan kuah kuning. Pas datang, wualah... ternyata sagunya semangkok gede buat seorang. Kalo ikannya sih ngga papa dua mangkok, tapi sagunya banyak banget. Serba bingung juga makannya. Bukan hanya bingung cara ngambilnya, tapi juga cara makan dan mencernanya, hehehe. Dan ternyata setelah makan beberapa suap, perut dan mulut saya belum bisa nerima 100%, masih aneh aja rasanya. Rupanya Pak Burhan punya ide brilian lain, dia sudah pesan nasi putih juga. Walhasil, ikan kuah kuning itu kita habiskan dengan nasi putih, muantaap...
Setelah ngerasain papeda, ada pengalaman kuliner menarik lain di Papua, yaitu makan "Udang Selingkuh". Sebenarnya ini hampir ga sengaja juga ketemunya. Ceritanya, setelah tiga hari di Jayapura dan Sentani, saya berhasil mendapat tiket ke Wamena, yaitu kota kecil di kaki pegunungan Jayawijaya. Sampe di sana, saya sudah ditunggu di bandara oleh Pak Peter. Setelah cek in di penginapan "Mas Budi", oleh Pak Peter saya diajak ke kantornya dan dikenalin ke staffnya dia. Setelah itu, karena lapar saya minta kembali ke penginapan, kebetulan di situ ada restoran.
Langsung aja saya pesan udang & ikan goreng. Sebenarnya agak kaget juga ngelihat daftar menunya. Soalnya harganya hampir sama dengan makan di PIM. Muaahal bo... Setelah nunggu lebih dari stgh jam, pesanan itu datang, dan yang membuat saya terbelalak adalah udangnya.
Udangnya satu porsi delapan potong dan gede-gede. Yang lebih mengherankan, udang itu ada capitnya kaya kepiting, makanya orang situ bilang namanya udang selingkuh. Ada udang kawin sama kepiting, jadilah udang bercapit. Sebenarnya sih kalo di tempat lain namanya lobster. Tapi peduli amat dengan namanya, yang penting rasanya, slruup... dagingnya empuk dan legit... yammm.
Labels: our trips, papa
|