Cacar Air (CA) adalah penyakit yang umum di derita oleh anak-anak bahkan orang dewasa. Biasanya penyakit ini diawali oleh demam atau gejala flu dan kemudian timbul lentingan-lentingan hampir di seluruh tubuh. Lentingan-lentingan ini awalnya berupa bintik kecil seperti terkena gigitan semut, lalu agak membesar dan berisi cairan bening. Dalam beberapa hari cairan itu akan mengeruh dan kemudian mengering.
Biasanya selama proses lentingan itu terbentuk hingga mengering, bagian-bagian tubuh tempat lentingan itu tumbuh akan terasa gatal dan kadang panas. Seringkali juga disertai dengan meningginya suhu tubuh (sampai 38 - 39 C) dan menurunnya nafsu makan.
Seperti diketahui banyak orang, CA adalah penyakit yang menular, baik untuk anak-anak maupun dewasa. Karena itu mereka yang terkena CA sangat dianjurkan untuk tidak bersosialisasi (sekolah/kerja yang banyak melakukan kontak dengan orang lain). Karena bagi mereka yang sistem imunitas tubuhnya rendah CA ini bisa menjadi penyakit yang berbahaya.
Kenapa sih tiba-tiba bicara soal CA?
Beberapa minggu lalu, ketika saya nelpon Nining di Jakarta, dia bilang sedang terkena demam agak tinggi, sehari kemudian dia perhatikan mulai timbul bintik-bintik merah di tubuhnya. Karena merasa khawatir, lalu diperiksanya ke dokter. Setelah dicek, tanpa banyak bicara dokter langsung memberikan vonis Cacar air.
Karena CA ini disebabkan oleh virus (varicella zoster), maka biasanya dia akan hilang dengan sendirinya sampai virus itu mati atau pindah ke orang lain. Biasanya penderita diberikan antibiotik jika lentingannya menyebabkan luka infeksi. Jika tidak, biasanya penderita hanya akan diberikan obat penurun panas dan obat untuk meminimalisir rasa gatal.
Sebenarnya awalnya agak aneh juga Nining kena CA, karena katanya dia pernah kena CA juga waktu anak-anak. Tapi keanehan itu terjawab ketika ada yang memberi penjelasan bahwa tidak selalu mereka yang pernah terkena CA akan immun terhadap serangan CA berikutnya. Konon, itu antara lain tergantung pada daya tahan tubuh ketika virus itu mampir ke tubuh dan seberapa parah serangan virus yang pernah diterima. Benar ngga sih penjelasan ini? Kalo ada pakar kesehatan yang baca tulisan ini terus mau ngasih penjelasan lebih lanjut, tentu kami senang sekali.
Sadar bahwa CA ini menular, Nining mulai menjaga jarak dengan Izza. Meski masih tidur sekamar, tapi kasurnya di pisah. Sehari-hari pun Izza beraktivitas di luar kamar dan kalo sekolah pun diantar oleh Mbak Casmi (Izza bilangnya Uwak). Tapi karena Izza perhatian sama mamanya yang lagi sakit, kadang-kadang Izza bawain makanan atau minuman untuk mamanya ke kamar.
Alhamdulillah, setelah melewati masa gatal-gatal dan kurang nafsu makan, Ca yang menyerang Nining berangsur hilang. Lentingan-lentingan mulai mengering dan perlahan menghilang. Dan, agak senang juga kami melihat kenyataan bahwa sampai lentingan itu mengering, Izza ngga ketularan. Soalnya tiap hari minum vitamin dan susu untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Namun, seperti pepatah bilang, untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, baru aja Nining merasa sembuh dan bisa jalan ke luar rumah, Izza mulai terkena demam dan timbul bintik-bintik merah. Setelah dibawa ke dokter hasilnya mudah ditebak, Izza juga terkena CA. Ternyata ada untungnya juga Nining kena CA lebih dulu, jadi sedikit banyak Izza sudah melihat gimana sakit CA itu. Dan buat Nining sendiri juga lebih prepared but ngerawat Izza.
Meski begitu, menjalani sakit dan merawat orang sakit jelas bukan pekerjaan yang enak dan gampang. Tentu ada keluhan dan penderitaan. Mudah-mudahan Izza dan mamanya sabar dan tabah. Semoga sebentar lagi sembuh, dan insya Allah saya segera bergabung dengan mereka. Amiin...
Jalan-jalan di NYC
Minggu lalu (31 Juli) saya kembali berkesempatan jalan-jalan di New York City. Kebetulan saya mendapat undangan dari salah seorang kenalan untuk berdiskusi soal sebuah program acara pendidikan anak di Indonesia. Sebenarnya agak segan juga untuk ke US kalo mengingat rumitnya proses imigrasi buat saya yang terkena special registration INS. Tapi karena menghargai undangan teman tersebut, di samping itu saya juga lagi merasa perlu refreshing setelah submit, akhirnya saya memutuskan juga untuk berangkat, meskipun harus modal sendiri.
Saya berangkat Senin siang waktu Montreal sekitar jam 3 sore. Alhamdulillah tidak ada urusan yang merepotkan di imigrasi Amerika di Montreal, meskipun saya tetap harus lapor ke ruangan khusus. Kebetulan Montreal - New York hanya memerlukan waktu 1 jam penerbangan dan tidak ada selisih waktu. Jadi sekitar jam 4 sore saya sudah sampe di Bandara John F. Kennedy (JFK). Mendarat di JFK ini bukan kebetulan, tapi lebih karena keterpaksaan. Soalnya di JFK-lah (selain Newark) saya bisa mengikuti prosedur special registration itu. Padahal kalo lewat La Guardia harga tiket pesawatnya jauh lebih murah dan jaraknya ke New York City juga lebih dekat.
Setelah mendarat di JFK, saya langsung menuju ke hotel dengan menumpang subway. Alhamdulillah, dengan adanya internet semua informasi bisa diperoleh dengan mudah, termasuk pemesanan hotel dan cara termurah dari airport ke hotel. Karena budget sangat terbatas, saya menginap di Amsterdam Inn di Amsterdam Ave (West Side Central park). Ini adalah salah satu hotel murah meriah di New York City, meskipun dengan harga yang sama saya bisa menginap di hotel berbintang di Montreal. Meski tergolong budget accomodation, Amsterdam Inn cukup bersih dan terawat. Setelah cek in dan settle, saya keluar mengenal lingkungan sekalian cari dinner. Kebetulan ketemu toko makanan serba ada di Colombus circle, kira-kira 15 menit jalan kaki dari hotel.
Esok harinya saya mengunjungi lokasi diskusi sesuai yang dijadwalkan. Kebetulan lokasi tersebut ngga terlalu jauh dari hotel, jadi cukup jalan kaki sekitar 10 menit. Setelah berdiskusi sekitar 1 jam, saya pun pamit untuk menikmati suasana kota New York. Tapi rupanya kata menikmati kurang begitu pas saat itu, karena suhu udara di luar berkisar 40 C. Ya, New York dan sekitarnya sedang dilanda oleh heat wave alias gelombang panas yang membuat temperatur udara menjadi sangat tinggi. Beruntungnya transporasti umum seperti bus dan subway dilengkapi dengan AC, shg rencana jalan-jalan pun tidak harus dibatalkan.
Sasaran pertama adalah time square, karena waktu ke NYC tahun lalu ngga sempat mampir ke sana. Dari hotel, saya naik bus ke arah down town Manhattan. Keluar dari kamar hotel yang sejuk menuju tempat pemberhentian bus rasanya seperti keluar dari kulkas langsung masuk oven, puaanass betul. Sampe-sampe saya dan beberapa calon penumpang lain harus nunggu busnya di dalam toko sepatu yang ber AC.
Sampai di downtown Manhattan, saya turun di 47th street, terus menuju ke Time Square visitor center. Wuaahhh, meskipun lahir dan besar di Jakarta, masuk ke downtown Manhattan yang orang bilang concrete jungle (hutan beton) bikin saya takjub juga, apalagi ngeliat banner iklan ukuran raksasa di kiri-kanan jalan. Praktis arsitektur bangunan jadi ngga begitu penting, karena semua ketutup oleh giant banner ataupun screen. Meskipun hari itu panas dan bukan hari libur resmi, tetap aja Time Square padat oleh turis.
Giant ads di time square
Di Time Square saya mampir ke Madamme Tussaud Museum, dan kebetulan ketemu sama Morgan Freeman dan Samuel L. Jackson (tapi patungnya doang, hehehe), lalu makan siang. Tadinya bingung juga mau makan siang di mana, karena banyak banget pilihan restoran di situ. Tapi berhubung anggaran cekak dan bingung milih makanan yang pas, maka pilihan pun jatuh ke McDonald, yang kebetulan sebelahan sama Madamme Tussaud. Habis lunch terus mampir ke Empire State Building, tapi ga naik ke atas. Cuman numpang berteduh aja sebentar sambil photo di lobby.
Di Madamme Tussaud
Dari Time Square, saya naik bus ke arah uptown east side. Sasaran kali ini adalah ICC (Islamic Cultural Center) buat numpang solat Zuhur dan Asar. Alhamdulillah, berkat informasi dari internet, saya ngga kesulitan mencari ICC. Kagum juga saya melihat bangunan masjid yang berdiri sendiri di pinggir jalan raya 3rd avenue, di tengah-tengah kota yang penuh dengan gemerlap duniawi. Tadinya saya berharap sekalian bertemu dengan Imam Syamsi Ali untuk bersilaturahmi, tapi rupanya beliau sudah pergi dan menurut security di situ Imam Syamsi baru akan kembali besok pagi.
Islamic Cultural Center
Di dalam ICC
Dari ICC, saya kembali ke arah downtown dengan bus dan turun City Hall, lalu jalan kaki ke World Trade Center site. Di bekas lokasi WTC nampak sudah mulai pembangunan gedung baru. Katanya di situ akan dibangun Freedom Tower. Sementara di pagar kawat yang membentengi bekas WTC itu terpampang informasi dan timeline kejadian 11 September 2001.
Station Subway di bekas WTC
Dari WTC site, saya naik subway menuju ke Rockefeller Center, sempat Hangout sebentar di depan Radio City Music Hall. Tadinya mau kembali ke Foodcourt yang keamrin buat beli makanan. Eh.. kebetulan di seberang Radio City Music Hall ada orang jual nasi di pinggir jalan (tulisannya "Halal Kebab"). Dan ternyata kelihatannya laris juga sama pekerja yang baru pulang kantor. Maka sayapun ikut antri. Harganya pun lumayan $5 saja dengan porsi yang pas. Alhamdulillah... Dengan berbekal nasi bungkus saya menuju ke hotel untuk istirahat.
Esok paginya (2 Agustus) saya keluar hotel sekitar jam 8 pagi, jalan-jalan mencari udara segar. Sebelum keluar hotel saya ngikuti perkembangan cuaca di New York, ternyata hari itu diprediksi sebagai hari terpanas (dalam arti yang sebenarnya). Benar aja, pas keluar hotel, hawa panas sudah kerasa di badan. Sasaran pertama adalah tempat sarapan. Kebetulan ngga jauh dari hotel ada cafe yang lumayan laris. Di situ saya pesan bagel dan teh manis. Orang silih berganti keluar - masuk cafe sambil mengeluh kepanasan.
Selesai sarapan, saya jalan-jalan ke Central Park, yang kebetulan hanya tiga blok dari hotel. Pertama-tama saya hanya menyusuri sidewalk di luar Central Park, ngelewati Hayden Planetarium dan Museum of Natural History. Dari situ lalu saya masuk ke Central Park melintas ke arah Timur (East side). Di sebelah timur ada Metropolitan Museum of Arts. Rencananya saya mau masuk ke Museum tersebut, karena sempat direkomendasikan jugaoleh salah seorang teman. Tapi rupanya masih kepagian. Walhasil saya kembali ke hotel untuk mandi (lagi) dan siap-siap cek-out.
Becak di Central Park
Sekitar jam 11 siang, saya cek-out dari hotel dan langsung menuju JFK lewat subway. Setelah melewati special registration, nunggu 2 jam plus delay sekitar 2 jam, akhirnya saya berangkat meninggalkan NYC dan kembali ke Montreal.
Labels: our trips, papa
|