BOXING DAY
Alhamdulillah Izza sudah sehat, udah mulai cengar cengir, ceriwis dan makannya banyak. Maklum dia keliatan kurus banget setelah sakit, gimana nggak, yang dimakan cuman cookies aja. Lega banget deh.
Oh ya, hari ini, tgl. 26 Desember, di beberapa negara bekas koloni Inggris seperti Australia dan Kanada, dirayakan sebagai Boxing Day yang merupakan tradisi selepas perayaan Natal.
Konon tradisi ini bermula dari Inggris dan sudah berlangsung berabad-abad lamanya tanpa diketahui apa sesungguhnya yang melatarbelakangi hari yang sangat dinanti-nanti oleh orang-orang dari berbagai lapisan sosial ini.
Ada yang mengemukakan bahwa tradisi boxing day bermula dari kebiasaan para orang kaya di Inggris yang melepas para PRT mereka untuk mudik selepas merayakan Natal. Sebagai ungkapan terima kasih, mereka yang akan pulang mudik diberikan box-box berisi hadiah.
Ada juga yang menyatakan bahwa tradisi ini bermula dari kebiasaan gereja untuk membuka kotak amal yang dibuat khusus untuk membantu kaum dhuafa pada tanggal 26 desember dan membagikannya kepada yang membutuhkan.
Ada lagi yang mengaitkan tradisi ini dengan membuka hadiah natal dan membungkus kembali hadiah yang tidak diperlukan untuk diberikan kepada orang lain atau dikembalikan ke toko guna diganti dengan sesuatu yang lebih berguna.
Apapun sejarahnya, boxing day sekarang ini telah memiliki arti khusus. Ia tidak lagi menjadi milik ummat kristiani yang merayakan natal. Kalau tradisi-tradisi di atas menggambarkan boxing day sebagai sebuah kegiatan sosial-religious, maka sekarang ini boxing day lebih merupakan fenomena sosial-ekonomi. Ia tidak lagi menggambarkan hubungan antara orang kaya dan PRT-nya, ataupaun gereja dengan kaum miskinnya, melainkan hubungan antara kaum kapitalis dengan para konsumen. Mengapa demikian? Karena pada saat inilah, seolah-olah kaum kapitalis berbaik hati pada para konsumen dengan menawarkan berbagai produk dengan harga miring. seolah-olah mereka ngga ngambil untung dari perdagangan hari itu. Padahal, mana ada pedagang ngga ngambil untung?

Benar... tradisi boxing day, di era kapitalisme dan konsumerisme ini telah menjadi ajang bisnis yang luar biasa. Setelah para konsumen menguras uang mereka untuk berbelanja perlengkapan dan hadiah natal, rupanya para pedagang tidak rela toko mereka tidak terjamah oleh pengunjung, maka dibuatlah ajang sale besar-besaran guna mengundang para pengunjung kembali menguras kocek mereka untuk berbelanja. Alasannya... apalagi kalu bukan harga murah.
Tentu saja buat banyak orang momen ini merupakan kesempatan berharga yang tak boleh dilewatkan begitu saja. Banyak orang yang sengaja menahan diri untuk berbelanja sesuatu yang mahal harganya sampai datangnya boxing day. Bahkan sampai-sampai banyak yang rela antri berjam-jam di bawah udara minus untuk masuk ke sebuah toko.
So, sebagaimana halnya Natal yang sebagian perayaannya telah pindah dari gereja ke mall-mall, boxing day juga telah berganti dari semangat memberi ke semangat berbelanja. Akibatnya orang yang jadi "kordis" alias Korban Diskon. Korban Diskon ini bentuknya bisa macem-macem. Ada yang membeli sesuatu yang dia ngga perlukan dg alesan "habis murah banget sih...". ada yang belanja barang dengan kualitas diragukan, karena "soalnya cuman ini yang diskonnya 75%...". Ada yang sampe lupa makan siang, karena "udah antri lama di depan pintu toko, masak harus keluar padahal barang yg dicari belum dapat...". Walhasil, kita berharap semoga saja tidak banyak orang yang menjadi "kordis" alias korban diskon.
Selamat ber-boxing day.
Note:
Turut berduka buat saudara-saudara kita di Aceh, Sumatera Utara dan sekitarnya yang baru saja terkena musibah gempa yang menurut CNN dan US National geographic Survey sebagai gempa terdahsyat di dunia dalam 40 tahun terakhir. Semoga mereka diberikan ketabahan, kekuatan dan terutama segera memperoleh bantuan medis dan materi yang dibutuhkan.
|