Dari KBRI Ottawa
S I A R A N P E R S
Kedutaan Besar Republik Indonesia
55 Parkdale Avenue, Ottawa, ON K1Y-1E5
T: (613) 724.1100 - F: (613) 724.1105
PERAYAAN IDHUL FITRI DI KANADA
Hari Minggu, 14 November 2004, tepat pukul 09:15 EST, masyarakat Indonesia bersama-sama ratusan umat Islam dari berbagai bangsa melaksanakan ibadah shallat Ied di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ottawa.
Ruang serbaguna Caraka Nusantara yang berkapasitas 350 orang menjadi ruang utama, namun karena hadirin mencapai hampir 900 orang, maka lobby, ruang tamu, ruang makan dan perpustakaan KBRI Ottawa dipersiapkan untuk shallat Ied tersebut. Banyaknya orang asing dari Malaysia, Brunei, Pakistan, Somalia, Mauritania, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Kuwait dan negara-negara Islam lainnya yang shallat Ied di KBRI Ottawa ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa KBRI Ottawa adalah satu-satunya Kedubes yang menyelenggarakan shallat Ied, sementara kedubes negara berpenduduk mayoritas Muslim lainnya hanya menyarankan warganya untuk shallat di mesjid raya Ottawa, atau mesjid-mesjid lain di Ottawa dan sekitarnya.
Bertindak sebagai khatib adalah tokoh pemuda Indonesia dari Montreal, Muhammad Zuhdi, sedang imam shallat Ied adalah Sheikh Yosouf dari Mauritania. Sebelum shallat Ied diadakan pembacaan ayat-ayat suci yang dipimpin oleh Sheikh Abdul Halim dari Universitas Al Azhar Mesir yang kebetulan sedang berada di Ottawa.
Dalam khotbahnya, khatib Zuhdi mengawali dengan ucapan bela sungkawa atas wafatnya pemimpin besar bangsa Palestina, Yasser Arafat dan mendoakan agar bangsa Palestina senantiasa diberi ketabahan dan kegigihan dalam memperjuangkan kemerdekaannya secara damai. Selanjutnya khatib mengingatkan bahwa saat ini umat Islam menghadapi 3 tantangan, yaitu tantangan kultural, tantangan eksternal (politik) dan tantangan internal. Tantangan yang bersifat kultural terjadi karena kemajuan sektor iptek yang memfasilitasi penyebaran segala macam bentuk hiburan dan kemewahan, sehingga jika kita tidak waspada akan terperosok kedalam kubangan materialisme dan hedonisme. Tantangan eksternal yang bersifat politis adalah meningkatnya kecenderungan diskriminasi terhadap umat Islam yang berangkat dari kedangkalan pemahaman masyarakat non-Muslim terhadap Islam, atau dapat juga ada kekuatan tertentu yang dengan sengaja menyebarkan informasi dan pemahaman yang keliru terhadap Islam dengan tujuan utama memojokkan umat Islam. Tantangan ketiga adalah adanya perbedaan aliran pemikiran atau tafsir tentang Islam di kalangan Islam sendiri. Situasi ini menciptakan dikotomi Islam fundamentalis dan islam liberal. Kubu fundamentalis menampakkan kecenderungan untuk berkeras terhadap apa yang diyakininya sebagai pelaksanaan ajaran Islam yang paling benar, sehingga pada prakteknya kerapkali membenarkan penggunaan kekerasan. Di sisi lain, kubu liberal memperlihatkan pola penafsiran yang nampaknya menisbikan hampir seluruh ajaran agama, sehingga terkesan sangat permisif terhadap kehidupan beragamanya.
Khatib Zuhdi mengingatkan bahwa Indonesia harus dapat menjadi pelopor dalam praktek beragama yang moderat dan tidak terombang-ambing diantara dua kutub tersebut. Dengan kata lain, sikap moderat adalah pilihan yang paling tepat karena hal itu berangkat dari inti ajaran Islam sendiri yang menegaskan bahwa penggunaan kekerasan sedapat mungkin harus dihindari dan sikap hedonisme materialistis harus dijauhi karena bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
Duta Besar RI untuk Kanada, Eki Syahrudin menyampaikan bahwa khotbah tersebut sangat tepat dan kontekstual dengan kenyataan dewasa ini. Lebih penting lagi, khotbah tersebut juga telah menggambarkan sikap umat Muslim Indonesia yang berpikiran dan bersikap moderat.
Dubes Eki menambahkan bahwa bagaimanapun dunia telah mengakui bahwa Muslim Indonesia telah membuktikan sikap moderatnya dengan keberhasilan pelaksanaan pemilu yang baru saja usai, sehingga dunia kini menyakini bahwa Indonesia merupakan pelopor dalam kehidupan demokratis di dunia Islam. Kepeloporan tersebut juga ditunjukkan pada pelaksanaan shallat Ied kali ini, dimana Indonesia manjdi satu-satunya negara yang menyelenggarakan shallat Ied secara berjamaah dan dihadiri oleh berbagai bangsa yang tinggal di Kanada.
Keberhasilan pelaksanaan shallat Ied ini tidak terlepas dari jerih payah seluruh aktivis majelis pengajian Indonesia di Ottawa yang dipimpin oleh Nur Iswan, staf pensosbud KBRI Ottawa.
|