Welcome to Izza toilet training!
Bersamaan dengan datangnya spring, yang identik dengan menghangatnya suhu udara dan bermekarannya bunga-bunga, kita berdua juga mulai mencanangkan untuk lebih serius melatih Izza toilet training. Nggak ada hubungannya? Wah ya tentu saja ada. Kalo pas lagi winter, Izza kan nggak pake celana pendek, dan harus pake celana, karena akan kedinginan. Selain itu hasil banjir-nya itu lho, kan bisa langsung dicuci dan dijemur di depan jendela yang bermandikan sinar matahari aih... Warning: this article contains yang jorok-jorok.
Perlengkapan tempur yang kita persiapkan demi suksesnya training ini adalah: kesiapan mental (penting ini) bahwa akan ada banjir di rumah dan cucian yang menggunung. Tapi di sisi lain, kita juga bersemangat karena tengah mempersiapkan Izza menjadi a big girl, yang juga berarti memangkas pengeluaran pembelian pampers yang memang lumayan. Sementara hardware-nya adalah dudukan di kloset untuk anak kecil, bangku kecil untuk memudahkan dia naik sendiri ke kloset, potty training dan training pants.

Perlengkapan tempur (kiri) Menanti datangnya wangsit (kanan)
Awalnya untuk memudahkan proses training dan menuruti beberapa saran dari teman, kita buka celananya Izza. Jadi selama di rumah dia hanya pakai baju atasan saja. Ternyata hal ini menimbulkan masalah lain, dia pikir dia juga boleh membuka bajunya sekalian, jadilah dia beredar kemana-mana tanpa baju termasuk tempat tidur ya ampuunn. Jadilah kita sibuk mengejar-ngejar dia untuk dipakaikan baju lagi, yang membuatnya semakin girang, karena dia pikir, mommy dan daddy-nya mengajaknya bermain kejar-kejaran.
Trik pertama adalah, setiap bangun tidur, sambil masih terkantuk-kantuk, kita bawa dia ke kamar mandi dan didudukkan ditoilet, kadang-kadang sambil kita perciki air dingin (bukan kepalanya lho, tapi tempat keluar pipisnya itu, yu know lah...), and... it works...! Pada awalnya, kita girang sekali karena merasa berhasil menerapkan trik super jitu. Tapi kebahagian kita tidak berlangsung lama. Beberapa hari kemudian, setelah menerapkan trik andalan dan menunggu beberapa menit, eh ternyata tidak keluar juga si-pipis. Jadi Izza sering kita tinggal, entah ke dapur atau ke ruang TV. Namun yang kita temukan sewaktu kita mau mengecek keadaannya adalah kertas tissue berserakan di mana-mana termasuk di dalam kloset, dan si pipis..? Belum keluar juga.
Trik kedua, untuk mengantisipasi keadaan darurat, kita menyediakan potty training di ruang tengah, dan berulang kali kita mengatakan untuk duduk disitu bila mau pipis. Tapi dalam prakteknya, dia sering duduk di atas hypo merahnya berlama-lama, sembari nge-dot, nonton TV atau membaca, namun tidak keluar setetes pipis pun hingga kini. Namun baru sebentar dia beranjak dari hypo, currr... si-pipis yang dinanti-nanti keluar.

Tutup si hypo bisa dibuka (kiri) Lirikan dan senyum maut si hypo (kanan)
Kita perhatikan ada saat di mana dia mencari tempat khusus untuk pipis, selain di kloset tentunya. Misalnya, diatas tutup container plastik, diatas snow board, atau bahkan di atas jaketnya.
Ada hal yang lucu. Mungkin dia sudah merasa bersalah untuk pipis di sembarang tempat. Sampai suatu hari ketika kita ber-3 sedang bercengkerama di tempat tidur, aku mendengar dia berkata pada dirinya sendiri "it's oke..., it's oke..." berulang kali. Aku jadi curiga, dan langsung mengangkatnya ke kamar mandi, dan benar saja, dia pipis di tempat tidur. Untung kasurnya udah dilapisi kain pengaman. Rupanya dia tadi sedang menghibur dirinya sendiri bahwa it is oke untuk pipis di kasur. Kita berdua hanya bisa ketawa aja... ngelihat mukanya yg serius sambil bilang "it's oke..." berkali-kali.
Karena Izza setiap hari ke sekolah, kita bilang juga ke bu gurunya bahwa Izza lagi toilet training di rumah. Trus, kita mendapat laporan dari ibu gurunya (atau kadang-kadang Izza sendiri), bagaimana keberhasilan pipisnya pada hari itu. Rupanya di sekolah ibu gurunya memberikan reward setiap dia berhasil pipis di closet. Wah, what a good idea, kita akhirnya juga menerapkan metode yang sama dengan memberikan sebatang keju atau sepotong kecil coklat apabila dia bisa pipis di closet. Tapi ya gitu, ketika dia sudah tau dimana kita menyembunyikan hadiahnya, ya berikutnya dia sudah bisa menghadiahi diri sendiri, tanpa harus repot-repot pipis di closet.

yiha go hypo go
Hmm..., so far kemajuannya sudah cukup lumayan, walaupun belum 100% sukses. Setiap kita menawarkan untuk pipis di closet, Izza sudah mulai bisa mengatur untuk mengeluarkan si pipis itu, walaupun harus menunggu beberapa menit. Tapi pernah juga dia mengalami kebosanan karena kita terus-terusan menawarinya untuk pipis, dan berteriak kencang, "I dont want to pipis on the closet anymore!." Wah jadi ngeri juga dengan ancamannya. Jadilah kita memberikan kepercayaan padanya dengan mengatakan, "If Izza wants to pipis, you know where to go, right?" Hanya untuk kaka (baca:BAB), kita masih mengandalkan ekspresi khusus di wajahnya, once we miss it, dia akan kaka di celana, wuah jorok, kan...?

Labels: Izza
|