Z u h d i ~ f a m i l y
|
|
|
April 29, 2004
Susahnya... Mau ke Amrik
Waktu kejadian 11 september 2001 yang menghebohkan itu, saya belum genap sebulan tinggal di Kanada. Nining masih di Jakarta, dan Izza belum lahir. Karena saat itu diduga kuat pelakunya adalah para teroris yang kebetulan Muslim, maka wajar bila keluargaku di Jakarta kemudian merasa khawatir akan keadaanku di Montreal yang hanya sekitar 2 jam penerbangan dari kota New York. Mereka khawatir, kejadian itu berakibat pada dikriminasi dan intimidasi terhadap orang-orang Muslim di Amerika dan Kanada.
Alhamdulillah, setelah dua tahun berlalu, Nining dan Izza juga ada di Montreal, kami ngga pernah merasakan perlakuan diskriminatif yang menganggu kehidupan kami di sini. Segala urusan publik, seperti sekolah, mencari apartemen, mencari daycare, ngurus child benefit, dan lain-lain berjalan dengan lancar. Walhasil, meskipun ada beberapa cerita teman yang pernah memperoleh perlakuan diskriminatif, kami tidak pernah merasakan efek langsung dari peristiwa 11 september itu.
Meski begitu, kami memang menghindari untuk bepergian ke ataupun lewat Amerika (meskipun tidak terlalu jauh dan juga kepingin). Menurut pengalaman salah seorang teman, bepergian ke Amerika pasca 11 September tidak lagi menyenangkan terutama di bandara-nya. Karena itu, ketika pulang ke Indonesia beberapa waktu yang lalu, saya pesan ke travel agent, agar dicarikan route yang tidak lewat US, meskipun kalau lewat US harga tiket bisa save s.d. $200.
Setelah lebih dua tahun kuliah di Kanada, sebagai seorang mahasiswa PhD, saya berkeinginan untuk mempresentasikan karya saya di sebuah forum akademik. Dengan harapan agar saya bisa memperoleh feedback dari para akademisi dan bisa membuka jaringan untuk karir saya ke depan. Kesempatan itupun datang ketika Society for the Study of Curriculum History, sebuah organisasi yang menghimpun para pakar sejarah kurikulum, mengadakan konferensi di San Diego, California, 16-17 April, 2004. Dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan, saya pun segera menyiapkan proposal dan mengirimkannya ke panitia, jauh sebelum deadline yang ditentukan.
Alhamdulillah, awal Februari lalu, saya menerima konfirmasi dari panitia, bahwa proposal saya lulus seleksi dan saya diundang untuk mempresentasikan paper saya di forum tersebut. Tentu saja, kabar ini saya sambut gembira dan segera mempersiapkan berbagai hal yang diperlukan, termasuk menyiapkan paper dan mengurus visa.
Saya kemudian langsung mengontak konsulat Amerika di Montreal untuk membuat appointment guna memperoleh US visa. Lagi-lagi saya beruntung, karena saya dapat kesempatan interview tanggal 24 Februari 2004 jam 10.30, atau dua minggu setelah saya menelpon (padahal biasanya butuh waktu sekitar satu bulan).
Pada tanggal 24 Februari, jam 10 pagi, saya sudah berada di depan ke konsulat Amerika, lengkap dengan berbagai persyaratan administratif yang diminta: surat dari panitia konferensi, proposal, itenerary, surat-surat dari Universitas, sponsor dan supervisor, bank statement, dan tentu saja passport. Saya melihat di luar pintu gerbang konsulat banyak orang berdiri. Padahal suhu hari itu "lumayan dingin", sekitar -10 C.
"Ada demo kah sepagi ini?", tanya saya dalam hati. Karena demonstrasi di depan konsulat/kedutaan Amerika bukanlah hal yang aneh, termasuk di sini. Tapi biasanya demo baru mulai lewat jam 12 siang.
Setelah saya mendekat dan tanya ke seseorang, ternyata mereka sedang antri untuk interview visa. Masing-masing memegang "kartu undangan" yang diberikan pihak konsulat lewat pos. Maka saya pun ambil posisi dalam antrian sambil mengeluarkan kartu undangan itu dari dalam tas.
Awalnya saya ngga ngerti mengapa antrian di luar gedung begitu panjang, tapi setelah posisi saya mendekat ke pintu masuk konsulat, barulah nampak, antrian panjang itu terjadi karena untuk masuk ke gedung konsulat, setiap orang harus diperiksa. Di sini saya mulai merasakan adanya perlakuan yang kurang mengenakkan. Believe me ! pemeriksaan di sini jauh lebih ketat daripada kalau kita mau boarding ke pesawat. Para calon interviewee harus membuka jaket, menunjukkan isi dompet dan tas, lalu berjalan melewati screening dor. Semua tas dibuka dan dipreteli isinya. Barang-barang yang dianggap mencurigakan dilarang masuk. Bahkan, sampai botol "aqua" pun ngga boleh ikut ke ruang interview. Tentu saja ini di luar dugaan saya, "kok sampe begini ya ketakutannya orang Amerika..., what a paranoid people...", gumam saya dalam hati. Tambahan lagi para petugasnya ngga ada yang mau senyum, persis kaya robot.
Setelah melewati screening dor yang tidak bersahabat itu, saya kemudian menuju ruang interview. Disitu, saya harus setor US$100 cash dan menyerahkan segala berkas yang diperlukan, sebelum dipanggil untuk diinterview. Ternyata interview-nya tidak seheboh yang saya bayangkan. Saya hanya ditanya beberapa hal seputar rencana kunjungan ke US dan status saya di Kanada. At the end, interviewernya (yang mengaku pernah kerja di Jakarta) bilang: "your file looks OK, and we still have a lot of time before April 16. However, we have to send your file to Washington for approval. Because we don't have the authority to approve a visa here. We will call you once your application is approved". Saya pun merasa optimis untuk jadi berangkat ke San Diego.
Dengan semangat '45, saya berupaya menyelesaikan paper dan transparansi untuk presentasi. Di samping itu, saya juga mencari berbagai informasi tentang San Diego lewat internet. Dan yang lebih penting lagi, saya berhasil memperoleh Alma Mater travel grant, yaitu dukungan dana dari universitas untuk keperluan konferensi.
Setelah satu bulan berlalu dan pihak konsulat belum juga menghubungi, saya mencoba berinisiatif untuk mengontak mereka lewat email. Jawaban yang saya terima adalah: "we haven't received your file back, we will contact you once we have". Sampai awal April, saya belum juga menerima kepastian dari pihak konsulat, padahal pihak panitia sudah mencantumkan paper saya dalam jadwal resmi konferensi. Maka saya pun berkirim email lagi ke konsulat. Jawaban yang saya terima tidak berubah dari yang terdahulu. Artinya, visa saya belum diterbitkan. Maka saya pun mulai pesimis untuk bisa berangkat, meskipun masih menyimpan keinginan. Nining hanya bisa menghibur dengan mengatakan, "mungkin akan diapprove beberapa hari sebelum conference".
Tunggu punya tunggu, ternyata sampai dua hari menjelang conference, telpon yang diharapkan tak kunjung tiba, maka saya pun mengontak panitia dan meminta maaf, bahwa saya ngga bisa memenuhi jadwal presentasi karena visa saya belum diapprove. Untunglah pihak panitia mau mengerti keadaan yang saya alami dan membesarkan hati saya untuk ikut konferensi pada kesempatan lain.
Walhasil, sampai berita ini di-upload dan konferensi sudah berlalu, tidak ada berita secuil-pun dari pihak konsulat Amerika bahwa permohonan visa saya diterima ataupun ditolak. Banyak analisis (dari teman-teman) yang menyebutkan faktor utamanya adalah nama saya, meskipun tidak ada bukti konkrit tentang itu. "what a paranoid world..." begitu kata Professor Anthony Pare (supervisornya Maknyak) yang mendengar cerita saya.
Ternyata, tragedi 11 September masih menghantui pemerintah Amerika, dan karenanya saya harus ikhlas untuk tidak diperkenankan menjejakkan kaki di negara mereka. Benarkah itu terjadi karena nama saya mencerminkan saya seorang Muslim? wallahu a'lam. [emzet]
P.s.
Happy Bithday to Eyang Kakung di Jakarta (1 Mei), Semoga kesehatan Eyang terus membaik, mmmuah dr kita semua. Juga untuk Tante Menuk (3 Mei) dan Mas Danan (5 Mei), kami siap menyerbu hi..hi..
|
April 23, 2004
Azar Ghaderi Garderi *
( * day care dalam bahasa Perancis)
I love you, you love me, we're best friends like friends should be
with a great big hug, and a kiss from me to you ..mmmuah...
won't you say you love me too....
Pada saat Emzet ke kampus dan saya kerja, Izza kami titipkan di Azar Home Day Care. Ini sudah berlangsung sejak Izza belum genap 1 tahun. Tega....? Hem.. mungkin buat sebagian orang,.. tapi tidak seperti di Indonesia yang ada ortu, banyak sodara, atau bahkan sanggup menyewa tenaga baby sitter, si-kon disini jauh berbeda. Karena disini hanya ada dua orang tua-nya saja, yang sama-sama harus 'beredar'. So, adanya day care menjadi solusi cemerlang. Bahkan kalo kami pikir lebih lanjut, dibandingkan baby sitter di Indonesia yang umumnya harus standby 24 jam, day care memiliki batasan waktu, hanya selama jam kerja (normal) saja, sehingga kami sebagai orang tuanya masih memiliki tanggung jawab menyuapi, menyeboki dan mengeloni ... dll dsb
Disini ada 2 type day care, home day care, yang umumnya diselenggarakan di rumah si provider dan menerima 6-9 anak, atau central day care, yang umumnya menerima murid lebih banyak,fasilitas mainan lebih lengkap, dan ruangan yang lebih besar. Selain itu, dari sisi biaya, ada 2 macam juga, yaitu yang disubsidi pemerintah, seperti kami, yakni $7 per hari atau tanpa subsidi yang biayanya sekitar $25-35 per hari .. Wowww...
Untuk memasukkan anak ke day care, gampang-gampang susah. Pada awalnya Izza selalu masuk waiting list. Sampai akhirnya kami mendapatkan nomer telpon central day care, dan diberi informasi mana day care yang dekat rumah yang masih menerima anggota baru .. tapi kalo pas penuh semua, ya lagi-lagi harus nunggu ..
Ibu gurunya Izza, Azar, yang berasal dari Iran ini mengelola day care dibantu suaminya, Wahid, yang mahasiswa di UQAM. Mereka berdua pasangan yang sangat manner, kind, dan jujur. Mereka mulai menerima anak asuh sejak jam 7.30 am sampai 5 pm, sementara orang tua mengirimkan anaknya pada waktu yang bervariasi tergantung kesibukannya.
Lokasi apartemen mereka sangat strategis, di down town, dekat pusat perkantoran, Mc Gill University, dan beberapa apartemen lainnya. Selain itu juga ada akses bis, dan lebih bagus lagi dekat apt kita dan kantornya Emzet. Apartemennya juga tergolong luks, dilengkapi door man dan AC diwaktu summer.
Ruangan yang dipakai untuk day care berukuran (+/-) 3 x 6 meter persegi, plus kamar mandi di dalam. Didalamnya terdapat 3 box untuk anak-anak dibawah 1,5 tahun, beberapa meja yang berfungsi sebagai meja makan dan tempat beraktivitas, book shelf, high chairs, dan tidak ketinggalan Sliding! Ditemboknya di tempeli gambar-gambar lucu dan ada tape recorder untuk mendengarkan lagu.
Anak < 1,5 thn sering di-kandangin
Di kamar mandi, bath tub-nya dipakai untuk menyimpan double stroller yang digunakan untuk jalan-jalan di luar, untuk anak yang belum kuat jalan jauh. Sementara diatasnya dipasangi rak-rak untuk menyimpan diapers dan wet tissues dari setiap anak. Wastafelnya dilengkapi tangga kecil untuk cuci tangan anak-anak, dan lantainya digunakan untuk mengganti diapers. Benar-benar multi fungsi. Sementara matras kecil untuk anak-anak yang sudah tidak tidur di box, ditaruh ditempat lain .
Saat ini teman-temannya Izza adalah Soraya, Meiva (best friend-nya Izza), Rebecca, Phillip (bebe), Leonard, Zowi, Kami dan juga anaknya Azar, si cantik Yekta. Mereka berbicara dalam berbagai macam bahasa. Soraya dan Meiva, mereka sangat fasih Perancis, bahkan Soraya bisa Inggris juga. Izza pake Inggris, kadang campur Indonesia. Kalo Yekta, Inggris dan Persia. Azar sendiri lebih fasih bahasa Inggris, sementara Wahid bisa Perancis dan Inggris. Mereka berdua (plus Yekta) kalo ngomong pakai bahasa Persia. Jadi cukup heboh juga masalah bahasa ini, bahkan dulu ada William yang sudah cerewet tapi bisanya cuma bahasa Cina. Jadilah kadang-kadang ketika Izza pulang ke rumah, kami tidak ngerti apa yang dia omongin atau nyanyiin.
Muter, Izza, Leonard, Azar, Yekta, Kami, Rebecca, Zowi. (left) Sekolah sama Mommy (right)
Kegiatan mereka di day care banyak juga. Yang pasti jam 10 am dan 3 pm snack time, jam 12 lunch, jam 12.30 pm nap time sekitar 1-2 jam, sementara sisanya digunakan untuk drwaing, coloring, reading, dancing, singing, sliding, palying with toys, etc..etc ..
Secara keseluruhan Azar day care ini sangat baik. Pada saat menjemput anak di sore hari, biasanya mereka memberi laporan singkat keadaan anak kita pada hari itu. Cuman yang menjadi masalah saat ini adalah Izza sudah semakin besar sehingga membutuhkan space yang lebih besar dan juga aktivitas yang lebih bervariasi. Selain itu banyaknya bahasa yang digunakan sempat membuat dia kebingungan dan dikenal dengan "quiet" dan "shy" , padahal di luar itu, dia tidak begitu. Makanya kami terus ajari dia bahasa Inggris dulu, paling tidak ada yang dia kuasai. Untung sekarang dia sudah mulai ber-"suara".
Saat ini kami (dan banyak orang lainnya) sedang mengincar Mc Gill Day Care, yang lokasinya hanya berseberangan dengan rumah Azar. Day care dibawah naungan Mc Gill University ini konon day care terbaik dan terfavorit di Montreal, cuman ya ampuuuun... waiting list-nya itu.. Bahkan ada temannya Emzet yang anaknya sudah didaftarkan sejak masih dalam kandungan, dan belum dapat juga hingga anaknya berusia pre-K (4-5 tahun) .. gila ya..
Untuk di Jakarta, saya belum banyak tahu model day care seperti ini. Paling saya pernah liat di Gedung Manggala Wanabakti, yang saya kira hanya khusus untuk pegawai di gedung itu. Atau saya pernah baca iklan day care di Puri Imperium, cuman berapa ya harganya, kan kawasan elit bagitu .. ada yang bisa beri informasi tempat seperti day care di Jakarta? makasih lho sebelumnya..
Notes :
Selamat Ultah buat Tante Rati di Bogor .. makan-makannya sampe sini dong ..
Juga buat Abang ..Hepi beday to yu... ganti Izza yang nyanyi deh ..
Selamat jalan buat Keluarga Kang Didin, Mbak Endang, Linggar dan Rizki.. keep in touch ya
Linggar, kiri, dan Gank Singlet, Ki-ka : Abang, Chika, Izza dan Rizki (left) Bersama Keluarga Didin (right).
|
April 16, 2004
Butterflies Go Free ...
Senin lalu, pas Easter Break, kita ber-3 plus Arum, Danan, Ulya dan Mbak Menuk mengunjungi Botanical Garden di Pie IX (baca : pi-nef), dekat Olympic Stadium, dengan tujuan utamanya sih mau lihat kupu-kupu (kalo Izza : puku-puku). Didepan Olympic Stadium
Sebetulnya tahun lalu kita sudah kesini bareng Yasa, Mbak Mar, Mbak Hani, Mbak Dori, Mbak Aan dan Mbak Naf. Cuman .. behubung kita pikir ini tontonan bagus untuk Izza, yah kenapa kita nggak datang lagi.. Eh ternyata Izza malah gratis, sementara saya mesti bayar $8.75, dan diskon $2 untuk Emzet (student) untuk bisa mengunjungi Tropical Garden (+ liat kupu-kupu) dan Insectarium, anyway never mind...
Papillon en Liberte
Masuk ke Tropical Garden, kita mulai bernostalgia dengan tanaman-tanaman yang biasa tumbuh di Indonesia, termasuk yang ada dihalaman rumah Eyang ... Selain itu kita temui tanaman-tanaman menarik dari negara tropis lain seperti Meksiko, Burma dll. Wah semuanya tumbuh subur dinegara 4 musim ini. Salah satu penyebabnya karena suhu di green house tersebut telah disesuaikan dengan iklim tropik negara ybs. Tentu saja hal ini menyebabkan kita semua kepanasan dan harus membuka jaket (suhu diluar masih sekitar 4 C). Untung saja selama kita menengok ke kiri dam ke kanan, tidak diketemukan tanaman kencur atau daun kemangi disana, kalau tidak hem... bisa dimasak jadi bumbu pepes dan karedok nantinya ...
Setelah beberapa saat, sampailah kita di pintu perbatasan untuk melihat kupu-kupu. Pintu ini dijaga petugas dan dibatasi umbai-umbai plastik tebal untuk menjaga kupu-kupunya tidak melarikan diri. Selain itu juga, petugas berfungsi untuk membatasi jumlah pengunjung yang ada didalam supaya tidak terlalu banyak. Didalam green house untuk kupu-kupu, atap dan dindingnya juga dilapisi jaring.
Ulala..... it's so beautiful ... itu kesan pertama kali masuk ruangan. Mata kita betul-betul dimanjakan dengan indahnya warna-warni bunga bermekaran dari aneka jenis, dihiasi tebaran kupu-kupu beraneka rupa dan warna yang terbang bebas ... bahkan air terjun mini pun ada, menambah lengkap semuanya. Saya lihat mata Izza begitu takjub dan bergerak mengikuti kemana kupu-kupu terbang..
White and Black Butterfly
Selain menghisap sari bunga, kupu-kupu disana makan dari potongan buah yang disediakan seperti ; jeruk, pir dan cantaloop (rock melon). Terlihat banyak peringatan bergambar, untuk tidak memegang sayap kupu-kupu, karena akan merusaknya.
Ditengah-tengah eksebisi, kita menemukan stand yang dijaga beberapa stand guide untuk membantu menjawab pertanyaan pengunjung, yang dilengkapi dengan buku-buku tentang kupu-kupu, pamflet, kupu-kupu yang diawetkan dalam frame, serta ada juga kupu-kupu dan ulat mainan. Kita dapati pula semacam gua buatan yang gelap, tempat kepompong bergelantungan. Jika beruntung, kita bisa menyaksikan secara langsung proses peralihan dari ulat ke kupu-kupu.
Mejeng didepan stand (left) Berpose didepan kepompong (right)
Namun akhirnya sampai juga kita dipenghujung pintu eksebisi kupu-kupu ini. Sebelum sempat kecewa lebih jauh, keindahan bonsai dan kaktus sudah ada didepan mata.
Bonsai Mapple Tree
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Insectarium, kita mengisi perut dulu dengan makan jagung rebus dan roti, yang tentu saja tidak terdapat dalammenu di kafetaria di sana alias sangu dari rumah. Dilain tempat, Mbak Menuk terlihat serius memilih souvenir untuk Arum dan Ulya ... dan ternyata juga untuk saya .. (hiks terharu... thank you....)
Di Insectarium, semangat para peserta "tour", terlihat sudah mulai kendor, kecuali Arum dan Ulya. Arum yang katanya takut sama serangga, terlihat bersemangat berkeliling melihat aneka serangga yang dipamerkan. Dia bahkan sempat membuat stand guide disana kebingungan dengan pertanyaan, "is the tarantula boy or girl..?"
Mbak Menuk terlihat duduk bersama Danan yang tidak lepas dari bukunya. Izza sendiri melakukan ritual hariannya.... nap time ...distrollernya. Sedang saya dan Emzet? Hem, kita cukup sibuk berkeliling (sambil terkantuk-kantuk) mencari jenis cockroach yang ada di apt kita (yup.. it's true, they're our flatmates...!), dan sempat bersyukur bahwa mereka tidak sebesar cockroach madagaskar... ih..
Segitu dulu.. cerita jalan-jalan kita, bagaimana dengan Easter Holiday anda ? (notes : sorry, foto yang kemarin belum jadi, jadi banyak pakai yang tahun lalu dulu ya..
Izza en Easter Bunny
|
April 05, 2004
Winter is coming back
Uuuaaaaaaaaaaaa winter balik lagi......
Baru menikmati spring beberapa saat, warga montreal harus kembali menghadapi cuaca winter. Sejak Minggu siang, suhu udara drop terus, dari 5 C pagi ke -1 C siangnya. Saljupun kembali berjatuhan.
Pagi ini, seperti biasa, aku ngelihat weather forecast dan suhu udara saat itu di TV. saat itu dilaporkan suhu udara di luar adalah -7 C. Lima belas menit kemudian aku lihat lagi ternyata udah berubah menjadi -8 C. Maka pagi ini aku dan Izza kembali bersiap-siap make pakaian winter. Awalnya Izza protes, tapi dia kemudian bisa nerima waktu aku bilang bahwa di luar dingin sambil nunjukin salju yg keliatan dari jendela.
Begitu keluar rumah, salju masih turun dan jalanan nampak di selimuti salju yang memang ngga berenti turun sejak kemarin siang. Sebenarnya, untuk ukuran montreal, cuacanya ngga begitu buruk, cuma kadang-kadang tiupan angin yang lumayan dingin bisa bikin kuping jadi merah.
Beginilah spring di sini, meskipun resminya sudah spring, tapi salju masih bisa datang sewaktu-waktu. Salah seorang teman yang ketemu di bus dengan bijak bilang: 'this way, we will be able to appreciate spring'.
Benar juga katanya, Spring itu terasa indah, karena kita baru aja melewati winter yang dingin. Lagi pula, melihat snowflakes yang indah itu di saat spring merupakan anugerah tersendiri. Begitulah, seringkali kita lupa bersyukur ketika sedang menikmati sesuatu, dan baru tersadar saat sudah lenyap.
|
April 01, 2004
Ke Niagara Falls Yuuuk
Akhir tahun 2002 lalu, kita sekeluarga sangat beruntung bisa piknik ke Niagara falls di Ontario, Kanada. Memang peristiwanya sudah agak lama, mumpung sekarang sudah punya weblog, jadilah kita berusaha keras mengingat-ingat detil perjalanan kesana dibantu dengan website tentang Niagara .. plus mencari foto-foto. Mudah-mudahan berhasil membuat teman-teman tergoda untuk segera ke sana ...
Info tentang tour ke Niagara diperoleh dari resepsionis Quality Hotel (Toronto), tempat kita menginap. Dengan biaya CAD$98 sekeluarga, jadilah Minggu pagi itu (tepatnya 8 Desember 2002) kita kesana dengan mengendarai van ditemani Tour Guide (TG) merangkap supir yang berasal dari Irak. Menurut si TG, hari ini akan ada peserta tour lain. Alhamdulillah banget... mereka nggak muncul, jadilah kita melakukan tour private ......
Setelah menempuh perjalan lebih kurang 2 jam dari Toronto, kita pun tiba di Niagara Region. Daerah pertama yang kita kunjungi adalah perkebunan anggur (vine yard). Sayangnya karena sudah memasuki musim winter, kita nggak bisa lagi melihat buah anggur bergelantungan di pohonnya, karena kebanyakan sudah dipanen. Namun begitu, kata si TG , produksi wine di daerah Niagara tersebut justru terkenal dengan ice-wine-nya, yaitu wine yang diproses dari anggur yang dipanen di musim dingin. Konon, ice-wine ini lebih tasty dari wine biasa...
Dari perkebunan anggur, kita melanjutkan perjalanan menuju ke kota Niagara on the Lake. Niagara on the Lake adalah sebuah kota tua di sisi Lake Ontario yang pada tahun 1792 s.d 1796 menjadi ibukota pertama wilayah Upper Canada sebelum dipindah ke York (sebelum Kanada menjadi negara federasi sekarang ini).
Di kota ini, yang salah satu landmark-nya adalah jam dinding (clock tower) di pusat kota, kita bisa menjumpai bangunan-bangunan kuno di tengah-tengah kota kecil yang tertata indah. Suasana kota didesain sedemikian rupa untuk menarik para wisatawan. Angkutan yang dipergunakan untuk berkeliling kota itupun berbentuk angkutan tradisional yang ditarik oleh kuda. Di kota ini kita juga bisa menjumpai salah satu gereja terkecil di dunia, pelabuhan George, museum-museum sejarah, dan pasar-pasar tradisional, dan tentu saja, toko-toko souvenir menarik.
clock tower dan kereta kuda di the niagara on the lake
Dari the Niagara on the Lake, kita melanjutkan perjalanan menuju air terjun Niagara. Rute yang dilalui adalah jalan yang menyusuri the Niagara river, yaitu aliran sungai yang berasal dari Danau (lake) Erie, melalui Niagara Falls dan bermuara di Danau (lake) Ontario. Sungai ini pulalah yang antara lain membatasi Canada dengan USA. Di seberang sungai adalah kota Buffalo yang termasuk negara bagian New York, USA.
Niagara River
Sepanjang perjalanan, si TG kita ini beberapa kali menghentikan kendaraannya untuk menujukkan situs-situs menarik, seperti view points dan lokasi floral clock (jam tanaman hias yang beraneka warna, tapi waktu itu kita ngga bisa melihat warna-warni bunganya, karena sudah pada rontok)
Kira-kira setengah jam kemudian, kami tiba di lokasi Nigara falls. Waktu itu, cuaca agak kurang bersahabat, hujan salju disertai dengan angin cukup kencang. Si TG langsung menyarankan kita untuk naik Skylon Tower (menara di mana kita dapat menikmati keindahan Niagara falls dari ketinggian).
Skylon Tower dengan yellow elevator
Beruntung ketika kita berada di atas Skylon Tower, cuaca berubah menjadi cerah, sehingga kita dapat menikmati pemandangan luar bisa, seperti: kita bisa menikmati aliran air yang tiada henti berjatuhan mengisi aliran sungai di bawahnya. Derasnya air yang jatuh menimbulkan pantulan yang membumbung tinggi, sehingga nampak seolah air terjun itu selalu diselimuti awan.
Dari situ juga kita bisa melihat dua air terjun yang dihasilkan oleh Niagara River: Horseshoe Falls, yaitu air terjun niagara yang berada di wilayah Kanada, dan American Niagara Falls, yaitu bagian yang berada di wilayah US. Niagara falls yang berada di wilayah kanada berbentuk melengkung seperti tapal kuda, karenanya disebut Horseshoe falls, dan nampak lebih besar serta lebih indah dari bagian yang berada di wilayah Amerika.
Horseshoe falls (left) dan American Niagara falls (right) dari Skylon Tower
Setelah hujan salju mereda, angin melamban dan matahari muncul kembali, kita turun dari Skylon Tower dan si TG sudah siap mengantarkan kita ke tempat untuk melihat the horseshoe dari dekat. ah, ternyata pemandangan dari bawah lebih heboh lagi .. Sambil menyusuri trotoar, kita bisa menikmati the horseshoe falls dan the american niagara falls, yang meskipun lebih kecil namun tak kurang sedap untuk dipandang.
Trotoar didepan Niagara Falls
Beruntungnya lagi (how lucky we were), pantulan air terjun yang dahsyat bertemu dengan matahari yang baru muncul (kembali) menghasilkan pelangi (wow) yang persis berada di atas air terjun. Sebuah pemandangan yang ruarrrrrrr biasa indah.
Berpose dibelakang pelangi dan horseshoe falls
Sebenarnya dari situ kita bisa juga ke table rock, yaitu menikmati keindahan horseshoe lebih dekat dari bawah dengan melewati tunnel. Tapi, kami lebih memilih untuk menghabiskan waktu di atas, karena cuaca yang kurang mengizinkan dan waktu yang terbatas.
Setelah melewati batas waktu yang disepakati dengan TG, kita kembali ke Toronto. Sempat deg-degan juga karena cuaca kembali memburuk, salju turun lagi disertai angin kencang, bahkan dari siaran radio pun kami dengar ada beberapa kecelakaan di jalan dan menimbulkan kemacetan di mana-mana. Alhamdulillah, kita tiba kembali di Toronto dengan selamat.
Selama tour di Toronto, sebenarnya kita juga mengunjugi 2 tempat lain yang di sarankan berberapa teman, yaitu Eaton Centre dan CN Tower. Kalau di CN tower, kita tidak naik sampai puncak, soalnya mahal .. bo!.. jadi separuh puncak saja .. Sementara itu, Eaton Centre adalah mall terbesar (dan terngetop .. katanya di Toronto). Tapi yah namanya mall ya gitu .. gitu aja lah. oke deh selamat jalan-jalan ya ..
'Berpose' didepan CN Tower (left) Izza say 'bye .. bye Niagara ..' (right)
Labels: our trips
|
About Us
We are Zuhdi-Nining family:
Papa Zuhdi, Mama Nining, Kakak Izza and Kakak Raisa.
We live in Pamulang
| | |